Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2021

DILAVER-12

🍒 Aver dan Lili sekarang berada di sebuah taman kota yang tak jauh dari komplek rumah Lili. Aver berjalan ke arah taman sambil membawa bungkusan kipas angin yang dia beli tadi. Dari kejauhan tampak sekumpulan anak-anak jalanan sedang berkumpul memegang sebuah buku tipis dan satu pensil di tangan mereka masing-masing. "Hai bro!" sapa Aver dengan semangat. "Hai Kak Aver," balas mereka semua menyerbu Aver dengan gembira. Aver memeluk mereka semua dengan erat. Tampak senyum di wajahnya sangat tulus. Apalagi dengan salah satu anak perempuan berkuncir dua tersebut. Aver mengelus rambut anak tersebut sambil mengucapkan sebuah kalimat yang jarang Lili dengar. "Anak manis, anak manis. Disini banyak manusia menyukai anak manis. Kak Aver menyukai anak manis seperti kamu." Aver mencubit hidung anak perempuan tersebut dengan gemas. Lili masih diam mematung memperhatikan Aver bersama anak-anak jalanan tersebut tengah bercanda ria. "Kalian udah pada makan belum?...

DILAVER-11

💌 Saat ini persimpangan lampu merah halte harmoni begitu ramai dan macet. Suara klakson saling bersahutan memenuhi area publik Harmoni Center. Ditambah suasana terik matahari yang menyengat kulit bagi para pengendara motor. Lili tetap diam tak bersuara sejak Aver mengajaknya pulang bersama. Sedangkan, Aver tengah memperhatikan wajah imut Lili dari kaca spionnya. "Neng, kipas anginnya," ucap salah satu pedagang kaki lima menawarkan kipas angin kecil berwarna pink pada Lili. "Nggak Pak, terima kasih." Lili menolaknya dengan tutur kalimat yang halus. "Satu Pak," ucap Aver memberikan selembar uang lima puluh ribu kepada pedagang tersebut. Wajah bapak tersebut sangat bahagia saat Aver membeli satu barang darinya. "Ini Kang." Aver mengambil kipas tersebut dari tangan si bapak. "Kayaknya satu nggak cukup, boleh saya beli semua Pak?" Aver menepikan motornya ke trotoar. "Kalau semuanya jadi berapa?" tanya Aver. "Alhamdulillah, ka...

DILAVER-10

🍏 "Sakit bego!" desis Aver meringis kesakitan saat Gitran membubuhi kain berisi es batu pada luka lebam di pelipis Aver. Gitran tak menanggapi ucapan Aver, Ia tetap fokus mengobati luka temannya itu. Sedangkan teman-teman Aver yang lainnya sudah berada di kelas mengambil barang-barang mereka untuk segera pulang ke rumah. "Aduh! Pelan-pelan goblog!" Aver menjitak kepala Gitran dengan keras. Gitran menghela napasnya, berhenti mengompres lebam di pelipis Aver. "Lagian lo ada-ada aja deh, pakai segala nyerang duluan ke anak baru itu." Gitran melangkah ke kamar mandi UKS untuk membuang air es yang sudah mencair. "Jadinya kayak gini kan, yang susah gue-gue juga," lanjut Gitran. "Bacot lo," balas Aver mengambil ponsel miliknya di saku celana. Dari luar ruang UKS terdengar suara anak-anak Venus sedang berjalan menuju UKS. Tujuan mereka datang ke UKS untuk menengok ketua mereka yang sedang diobati karena perkelahian tadi di kantin. "Bos, l...

DILAVER

 9. Masakan soto buatan Pak Dedi begitu harum menyeruak ke indra penciuman anak-anak Hirarki yang sedang berada di kantin. Sebuah kotak P3K berada diatas meja kantin yang sedang Lili duduki saat ini bersama Veo (anak baru pindahan Jerman). Sejak tadi, Lili masih membersihkan luka pada wajah Veo. Ia sangat berhati-hati memberikan obat merah tepat di lukanya. Walaupun tak ada reaksi dari Veo, tetap saja bagi Lili luka itu masih terasa sakit di bagian wajahnya. "Kenapa bisa berantem, sih?!" tanya Lili penasaran. "Nggak tau." Lili hanya menghela napasnya panjang. Sesaat kemudian, Pak Dedi membawa dua soto pesanan mereka berdua beserta nasi di sampingnya. "Selamat makan Neng Lili," ucap Pak Dedi sambil tersenyum ramah. "Terima kasih Pak Dedi." Lili memberikan senyum balik pada Pak Dedi. Veo dengan cepat mengambil soto miliknya, dan memakannya dengan lahap. "Geser dikit mukanya," ujar Lili memerintah. Veo mengikuti perintah Lili, Ia menoleh s...

DILAVER

8. Desiran angin menyapa pepohonan taman belakang sekolah. Lili emang paling jagonya memilih tempat healing buat dirinya sendiri. Ia baru saja menyelesaikan makan siangnya. Niatnya setelah selesai menghabiskan bekalnya adalah pergi ke perpustakaan. Tapi, salah satu teman perempuannya datang teriak memanggil namanya. "Lili! Li---lili!!" Putri menghampiri Lili dengan napas tergopoh-gopoh. "Put, ada apa sih?" tanya Lili memberikan ruang duduk untuk Putri disampingnya. "Berantem.." "Berantem apa?" "Kantin.." ucap Putri yang masih menyesuaikan napasnya. "Kantin? Maksudnya?" Lili menatap wajah Putri. "Mending lo minum dulu, terus atur napas, abis itu cerita." Lili memberikan air minum miliknya kepada Putri. Putri mengikuti perintah Lili. Ia mengambil botol minum Lili, lalu menghabiskan air milik Lili untuk diteguknya. "Li, Aver sama anak baru berantem di kantin, salah satu temen Aver udah ada yang panggil guru. Tapi, ...

DILAVER

7. Suasana kantin saat ini penuh dan saling berdesakan. Tak terkecuali yang sedang asik mengobrol, padahal makan dan minum mereka sudah habis. Kedatangan Aver dan teman-temannya menambah suasana kantin semakin riuh. Para siswi berteriak-teriak memanggil idola Geng Venus mereka masing-masing. Gerombolan para cowok tersebut menuju tempat nongkrong favorit mereka. Tapi, seseorang dengan berani telah menempati kawasan Geng Venus. Dengan wajah datar, Aver beserta anak-anak Venus menghampiri tempat tongkrong mereka. "Hello, permisi! Lo boleh pindah ke tempat yang kosong, asal jangan disini!" ucap Gitran mewakili suara Aver. Tetapi, tak ada tanggapan atau gerakan yang diberikan dari orang tersebut. Karena merasa di hiraukan, Aver melangkah sedikit lebih maju mendekati orang tersebut. "Lo budek ya, Nyet?!" Aver berbisik padanya. Cowok itu berdesis pelan meremehkan ucapan Aver. "Oh iya, lupa gue budek! Katanya kalau ada orang budek harus ngalah." cowok itu berdiri ...

DILAVER

6. Lili menaruh kedua file milik Bu Resi di atas meja. Di janggal dengan gelas berisi air putih agar tidak hilang atau terbang karena angin. Setelahnya dia bergegas menuju kelas untuk mengambil bekal siangnya. "Gue udah duga kalau lo itu kabur karena nggak mau tepatin janji itu kan," ucap seseorang dari belakang. Lili menoleh ke arah sumber suara. Kedua matanya melebar setelah melihat wajah orang yang berbicara padanya. Kakinya ikut melemas dan jantungnya berdegup kencang tak karuan. "Jangan sok kaget!" "Lo tau darimana gue pindah kesini?" Orang itu berdecak sambil memperhatikan mata Lili dengan lekat. "Lo lupa gue siapa?!" Lili menggigit bibir bawahnya dengan rasa tak karuan saat ini. "Gu---gue mau ambil kotak makan di kelas, permisi," ucapnya sambil berbalik arah meninggalkan orang tersebut. "Ingat, ya!! Lo nggak akan pernah bisa lolos dari gue sebelum Kakak gue sadar dari komanya!" Dengan kecepatan penuh, Lili berjalan ke a...

DILAVER

5. Suara ketikan-ketikan keyboard komputer sekolah terdengar begitu nyaring. Mereka semua fokus pada layar tugas yang diberikan guru bahasa hari ini. Dengan earphone di telinganya, Lili begitu asik mengerjakan tugas bahasa tanpa menyadari sepasang mata memperhatikan dirinya sejak tadi. Mata kecoklatan milik Aver terus memandangi gadis kecil itu mengerjakan tugas-tugasnya. "Jangan diliatin terus, tugas lo masih banyak nyet," bisik Gitran. "Iya njing," balas Aver tepat ditelinga Gitran. "Hei! Kalian berdua ngapain bisik-bisik. Cepat kerjakan dan selesaikan tugasnya," tegur Bu Resi selaku penanggung jawab ruangan laboratorium komputer. Seketika semuanya langsung terfokus pada dua objek bentakan dari Bu Resi. Aver dan Gitran kini saling menunduk karena malu diliatin oleh teman-teman sekelasnya. "Gara-gara lo nyet," bisik Aver lebih pelan. Gitran hanya menghela napasnya panjang. Tapi suasana kembali seperti semula saat Lili mengangkat satu tangannya m...

Dia - (Pesan Terakhir)

Seperti lagu Lyodra - Pesan Terakhir, seorang laki-laki yang Ia cintai dalam diam. Bukan karena nggak mau kecewa, tapi karena laki-laki itu sudah memilih perempuan lain darinya. Dan hari ini, atau malam ini. Bukan cerita kebahagiaan yang laki-laki itu sampaikan, melainkan rasa sedih sekaligus kecewa yang sedang dirasakannya. Dari sebuah motor kecil miliknya, perempuan itu dengan senang hati duduk di jok belakang. Wajahnya selalu berseri dan tawanya selalu ceria. Sesekali, ada senyum terlintas dari perempuan tersebut saat melihat kaca spion motor memantulkan wajah cantik miliknya. "Mau cerita apa malam ini?" tanya perempuan itu yang sering dipanggil Ana. "Nggak jadi," jawab lelaki itu dingin. Kening Ana mengkerut mendengar jawaban dari laki-laki tersebut. "Katanya mau cerita, nggak pa-pa sih.. kalau nggak jadi cerita." "Aku udah putus." suara dingin itu kembali menyapa telinga Ana. Karena suasana jalan yang ramai, Ana sedikit memajukan kepalanya u...

DILAVER

4. Mereka berdua sama-sama tersenyum. Mengingat kejadian konyol di pantai kemarin. Pohon mangga belakang taman sekolah menjadi titik kumpul tempat tongkrongan Geng Venus. Dan saat ini hanya ada Aver dan Lili (gadis yang kemarin menolongnya di pantai). Mereka berdua mengobrol ditemani snack hasil jajanan di kantin sekolah tadi. "Jadi, lo kemarin-kemarin kemana aja?" tanya Aver menatap kedua mata Lili. "Gue nggak bisa bilang ke lo, ceritanya panjang." "Okey, no problem. Tapi, nanti lo bakal pindah lagi ke Jerman?" Lili balik menatap Aver dengan senyum di wajahnya. "Kemungkinan...," ucapnya. "Btw, tujuan lo bunuh diri kemarin karena apa?" tanya Lili tertawa. Aver malah tertawa balik mendengar pertanyaan dari gadis berambut hitam kecoklatan tersebut. "Emangnya gue kelihatan mau bundir, ya?" tanyanya balik. Lili mengerutkan keningnya dengan pertanyaan dari Aver. Lagi-lagi Aver tertawa melihat ekspresi Lili yang kebingungan namun me...

DILAVER

3. Pasukan murid perempuan berseragam olahraga kuning memasuki area lapangan sekolah. Berbagai jenis wajah terlihat di sekeliling lapangan tersebut. Salah satu diantaranya anak perempuan dengan bandana di kepalanya menjadi pusat perhatian anak laki-laki yang sedang beristirahat. "Bro, siapa tuh?" tanya Gitran bernotaben wakil Geng Venus. Geng Venus adalah geng yang terkenal di Hirarki High School. Salah satunya karena para anggotanya yang tampan dan berstatus high class. Di lain hal, karena mereka mempunyai ketua geng yang keren, bijaksana dan antusias terhadap masalah-masalah sosial yang menyangkut sekolahnya. Namanya adalah Achiles Serkan Dilaver. Nama perpaduan dari dua negara hebat dengan arsitekturnya, yaitu Turki dan Yunani. Dengan resmi, geng ini dibentuk tanpa ada perselisihan antar anak-anak Hirarki. Anggotanya berjumlah 10 orang. Dua diantaranya teman masa kecil Aver, ketua Geng Venus. "Kayaknya ada anak baru bos." Aver yang sering kali dipanggil bos terse...

DILAVER

2. 'Cup!' Lelaki tersebut membelalakkan kedua matanya saat merasakan sesuatu yang lembut menempel tepat di bibirnya. Gadis tersebut mencium lelaki dihadapannya dengan maksud memberi batuan napas. Dengan kasar, lelaki tersebut mendorong tubuh gadis dihadapannya menjauh. "Gila lo!!" teriak lelaki itu. "Lo yang gila goblok!!" bantahnya. Dengan cepat gadis tersebut bangun dan pergi dari lelaki didepannya sekarang. Tangannya gemeteran menahan hawa dingin yang menusuk kulitnya karena seluruh pakaiannya basah. "Tunggu!" teriak dari lelaki yang sedang mengejar gadis tersebut. Langkah kakinya berhenti mendegar teriakan panggilan dari mulut si cowok. "Siapa nama lo?" tanya lelaki itu dengan napas tersenggal-senggal. "Lili," ucapnya meninggalkan lelaki tersebut. "Makasih udah tolongin gue," teriak lelaki itu. "Terima kasihnya ke Tuhan lo, bukan ke gue." Lengkungan tipis sudut bibir lelaki itu terbentuk beberapa detik, m...

DILAVER

1. Deru ombak pantai Kuta dipadukan dengan suara angin serta bisik pasir yang menyatu lembut di telinga para pengunjung. Juga tak lupa akan langit sore dengan gagahnya menyemburat indah di setiap pasang mata para pemuda dan pemudi yang sedang menikmati nya. Seorang gadis kecil tengah duduk bersantai ria mendengarkan ombak, tanpa sengaja melihat kejanggalan dari ujung pantai. Matanya menangkap seseorang yang terus menerus berjalan ke arah air pantai, belum lagi ombak yang semakin tinggi menjelang malam membuat penglihatan gadis itu tak bisa fokus pada titik objek. "Astaga!" ucap gadis itu terkejut dan bangun dari duduknya berlari kearah seorang lelaki yang hampir tenggelam. "Hey! Lo bego banget, sih! Kalau mau mati jangan disini bego!!" dengan kasar gadis itu menarik pinggang laki-laki tersebut. Karena batas kedalamannya setara dengan leher gadis kecil tersebut, Ia sedikit sulit menggerakkan kakinya untuk menepi ke permukaan pantai. Dengan sekuat tenaga, Ia menyeret ...