Langsung ke konten utama

DILAVER-11

💌

Saat ini persimpangan lampu merah halte harmoni begitu ramai dan macet.

Suara klakson saling bersahutan memenuhi area publik Harmoni Center.

Ditambah suasana terik matahari yang menyengat kulit bagi para pengendara motor.

Lili tetap diam tak bersuara sejak Aver mengajaknya pulang bersama.

Sedangkan, Aver tengah memperhatikan wajah imut Lili dari kaca spionnya.

"Neng, kipas anginnya," ucap salah satu pedagang kaki lima menawarkan kipas angin kecil berwarna pink pada Lili.

"Nggak Pak, terima kasih." Lili menolaknya dengan tutur kalimat yang halus.

"Satu Pak," ucap Aver memberikan selembar uang lima puluh ribu kepada pedagang tersebut.

Wajah bapak tersebut sangat bahagia saat Aver membeli satu barang darinya. "Ini Kang."

Aver mengambil kipas tersebut dari tangan si bapak.

"Kayaknya satu nggak cukup, boleh saya beli semua Pak?" Aver menepikan motornya ke trotoar.

"Kalau semuanya jadi berapa?" tanya Aver.

"Alhamdulillah, kalau semuanya jadi empat ratus lima puluh ribu aja," jawab si bapak dengan bahagia.

"Oke."

Aver mengeluarkan dompet berwarna hitam dari saku celana sekolahnya.

Terdapat beberapa uang ratusan terselip di dalam dompet miliknya.

Ia mengambil lima lembar uang ratusan tersebut, lalu diberikan kepada si bapak penjual kipas.

"Terima kasih banyak ya, Nak," ucap penjual itu tersenyum.

Aver mengangguk. "Sama-sama Pak."

Mereka berdua melanjutkan perjalanan pulang menuju rumahnya masing-masing.

"Buat apa beli banyak-banyak?" tanya Lili penasaran.

"Buat kamu," jawab Aver memandangi wajah Lili dari kaca spion motornya.

Lili mengerutkan keningnya. "Gue nggak butuh kipas angin itu."

Aver terkekeh pelan, tangannya meraih jari-jemari Lili.

"Pegangan, gue mau ngebut."

"Hah?" Lili yang tak bisa mendengar ucapan Aver sedikit lebih maju untuk meminta ulang kalimat ucapannya tersebut.

Aver hanya tersenyum, ia mengaitkan tangan Lili ke lingkar pinggangnya.

Kecepatan motor pun bertambah. Lili sontak memeluk pinggang Aver dengan erat.

"Gila lo! Nggak usah ngebut-ngebut!" bentak Lili memejamkan matanya.

.

.

.

---Thank's For Reading---

°°°To Be Continue°°°

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DILAVER

4. Mereka berdua sama-sama tersenyum. Mengingat kejadian konyol di pantai kemarin. Pohon mangga belakang taman sekolah menjadi titik kumpul tempat tongkrongan Geng Venus. Dan saat ini hanya ada Aver dan Lili (gadis yang kemarin menolongnya di pantai). Mereka berdua mengobrol ditemani snack hasil jajanan di kantin sekolah tadi. "Jadi, lo kemarin-kemarin kemana aja?" tanya Aver menatap kedua mata Lili. "Gue nggak bisa bilang ke lo, ceritanya panjang." "Okey, no problem. Tapi, nanti lo bakal pindah lagi ke Jerman?" Lili balik menatap Aver dengan senyum di wajahnya. "Kemungkinan...," ucapnya. "Btw, tujuan lo bunuh diri kemarin karena apa?" tanya Lili tertawa. Aver malah tertawa balik mendengar pertanyaan dari gadis berambut hitam kecoklatan tersebut. "Emangnya gue kelihatan mau bundir, ya?" tanyanya balik. Lili mengerutkan keningnya dengan pertanyaan dari Aver. Lagi-lagi Aver tertawa melihat ekspresi Lili yang kebingungan namun me...

Antara Aku, Waktu & Memori

Aku teringat satu tahun lalu akan hal waktu, Berjalan beriringin bersama tangan yang berayun ditemani angin,  Suara klakson serta debu melengkapi suasana ibukota saat itu,  Hanya aku dan dia yang ada Sekarang yang kulihat,  Kulewati saat ini,  Tinggal sebuah memori yang masih tersimpan dirulung hati,  Membayangkan saat itu tawa ria,  Tanpa penganggu semesta,  Ataupun gedung yang menjulang tinggi,  Bahkan tugu monas, Serta st. Gondangdia adalah saksi memori, Yang ingin ku buang jauh ke dalam sumur tak berujung,  Jakarta, 24 Agustus 2019 F.A

DILAVER

3. Pasukan murid perempuan berseragam olahraga kuning memasuki area lapangan sekolah. Berbagai jenis wajah terlihat di sekeliling lapangan tersebut. Salah satu diantaranya anak perempuan dengan bandana di kepalanya menjadi pusat perhatian anak laki-laki yang sedang beristirahat. "Bro, siapa tuh?" tanya Gitran bernotaben wakil Geng Venus. Geng Venus adalah geng yang terkenal di Hirarki High School. Salah satunya karena para anggotanya yang tampan dan berstatus high class. Di lain hal, karena mereka mempunyai ketua geng yang keren, bijaksana dan antusias terhadap masalah-masalah sosial yang menyangkut sekolahnya. Namanya adalah Achiles Serkan Dilaver. Nama perpaduan dari dua negara hebat dengan arsitekturnya, yaitu Turki dan Yunani. Dengan resmi, geng ini dibentuk tanpa ada perselisihan antar anak-anak Hirarki. Anggotanya berjumlah 10 orang. Dua diantaranya teman masa kecil Aver, ketua Geng Venus. "Kayaknya ada anak baru bos." Aver yang sering kali dipanggil bos terse...