9.
Masakan soto buatan Pak Dedi begitu harum menyeruak ke indra penciuman anak-anak Hirarki yang sedang berada di kantin.
Sebuah kotak P3K berada diatas meja kantin yang sedang Lili duduki saat ini bersama Veo (anak baru pindahan Jerman).
Sejak tadi, Lili masih membersihkan luka pada wajah Veo. Ia sangat berhati-hati memberikan obat merah tepat di lukanya.
Walaupun tak ada reaksi dari Veo, tetap saja bagi Lili luka itu masih terasa sakit di bagian wajahnya.
"Kenapa bisa berantem, sih?!" tanya Lili penasaran.
"Nggak tau."
Lili hanya menghela napasnya panjang.
Sesaat kemudian, Pak Dedi membawa dua soto pesanan mereka berdua beserta nasi di sampingnya.
"Selamat makan Neng Lili," ucap Pak Dedi sambil tersenyum ramah.
"Terima kasih Pak Dedi." Lili memberikan senyum balik pada Pak Dedi.
Veo dengan cepat mengambil soto miliknya, dan memakannya dengan lahap.
"Geser dikit mukanya," ujar Lili memerintah.
Veo mengikuti perintah Lili, Ia menoleh sedikit ke arah Lili untuk diberikan plester obat untuk lukanya.
"Udah selesai." Lili bangkit dan membereskan semua obat-obatan untuk dimasukkan kembali ke dalam kotak P3K.
"Disini dulu aja, temenin gue," ucap Veo menahan Lili pergi.
"Gue mau naruh kotak ini ke UKS, habis itu baru kesini lagi."
"Nggak boleh, nanti aja ditaruhnya."
Lili mengenal seorang Veo dengan keras kepala yang dimilikinya. Kalau sudah berkata tidak, ya berarti tidak.
Karena Lili tak mau mencari masalah kedua kalinya di kantin, Ia memilih untuk menuruti permintaan Veo.
Dirinya kembali duduk disamping Veo, lalu mengambil satu mangkuk soto yang tersisa.
Mereka berdua kembali menyantap soto buatan Pak Dedi dengan lahap.
.
.
.
---Thank's For Reading---
°°°To Be Continue°°°
Komentar
Posting Komentar