🍒
Aver dan Lili sekarang berada di sebuah taman kota yang tak jauh dari komplek rumah Lili.
Aver berjalan ke arah taman sambil membawa bungkusan kipas angin yang dia beli tadi.
Dari kejauhan tampak sekumpulan anak-anak jalanan sedang berkumpul memegang sebuah buku tipis dan satu pensil di tangan mereka masing-masing.
"Hai bro!" sapa Aver dengan semangat.
"Hai Kak Aver," balas mereka semua menyerbu Aver dengan gembira.
Aver memeluk mereka semua dengan erat. Tampak senyum di wajahnya sangat tulus. Apalagi dengan salah satu anak perempuan berkuncir dua tersebut.
Aver mengelus rambut anak tersebut sambil mengucapkan sebuah kalimat yang jarang Lili dengar.
"Anak manis, anak manis. Disini banyak manusia menyukai anak manis. Kak Aver menyukai anak manis seperti kamu." Aver mencubit hidung anak perempuan tersebut dengan gemas.
Lili masih diam mematung memperhatikan Aver bersama anak-anak jalanan tersebut tengah bercanda ria.
"Kalian udah pada makan belum?" tanya Aver pada anak-anak tersebut.
"Udah Kak," jawab mereka dengan kompak.
"Alhamdulillah, kalau gitu Kakak punya sesuatu buat kalian semua," seru Aver menunjukkan plastik berisi kipas angin pada mereka semua.
"Wah! Mau Kak!" mereka semua menyerbu Aver.
"Eits! Tunggu dulu, Kakak akan kasih barang ini kalau kalian mau belajar sama Kakak dan jawab pertanyaan-pertanyaan Kak Aver."
"Okey," lagi-lagi mereka menjawab secara kompak.
Aver menggenggam tangan Lili mengikuti langkahnya ke arah bangku taman.
"Tapi, hari ini yang akan mengajari kalian adalah Kak Lili," ucap Aver menoleh ke arah Lili sambil tersenyum.
Lili membelalakkan kedua matanya saat Aver berkata seperti itu. Jujur, seumur-umur Lili tidak pernah menjadi guru ataupun tutor untuk orang lain. Dirinya saja kadang susah memahami materi di sekolah, apalagi untuk urusan semacam ini.
"Gila lo! Nggak mau gue." Lili melepaskan genggaman tangannya dari Aver.
Aver segera menyekap mulut Lili yang tak bisa menjaga tutur bahasanya di hadapan anak-anak.
"Jaga etika bisa nggak lo?!" Aver berbisik pada Lili dengan tegas.
Lili melepaskan sekapan tangan Aver dari mulutnya. Ia menatap mata Aver tajam sambil menggertakkan gigi-giginya.
"Gue mau pulang sekarang!" ucap Lili pergi meninggalkan tempat itu.
Aver dengan cepat menahan Lili. "Lo kenapa, sih?!"
"Kak Aver, kalau Kak Lili nggak mau ngajarin kita juga gapapa kok," ucap salah satu anak.
Aver dan Lili menoleh ke arah suara tersebut.
Ia lihat anak tersebut tampak sedih karena perdebatan kecil mereka berdua.
Aver melepaskan tangannya menahan Lili. Ia lalu berjalan ke tengah-tengah anak-anak tersebut.
"Oke, sekarang kita belajar hitung-hitungan." Aver mengeluarkan iPad miliknya.
Lili meninggalkan taman itu dengan cepat. Wajahnya menunjukkan semburat kekesalan yang masih ia simpan kepada Aver.
Dari kejauhan, Aver terus memperhatikan punggung Lili yang lama-kelamaan hilang dari pandangannya.
.
.
.
---Thank's For Reading---
°°°To Be Continue°°°
Komentar
Posting Komentar